Tambang Emas Merusak Lingkungan – Polemik eksploitasi tambang emas di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, terus berlanjut. Izin seluas 42.000 hektar atau setengah dari bagian selatan Pulau Sangihe telah diperoleh Perusahaan Pertambangan Mas Sangihe (TMS).
Kasus tersebut memicu kontroversi karena penambangan emas berpotensi merusak lingkungan. Bahkan, penduduk setempat dan satwa liar juga terkena dampaknya. Berikut dampak negatif penambangan emas yang perlu Anda ketahui!
1. Mencemari dan mencemari air
Tambang emas memberikan dampak negatif terhadap sumber air di sekitarnya. Secara umum, limbah pertambangan beracun mengandung bahan kimia berbahaya, yaitu arsenik, timbal, merkuri, asam, sianida, dan produk samping minyak bumi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Earthworks, sekitar 180 juta ton limbah dibuang ke sungai, danau, dan laut oleh perusahaan pertambangan setiap tahunnya. Tak jarang, limbah ini mencemari saluran air yang digunakan warga sekitar!
Baca juga: 5 Mitos Investasi Emas, Jangan Ragu Beli Logam Mulia
Air yang terkontaminasi disebut air asam tambang (AMD). Produk sampingan AMD mencemari air minum, membiarkan merkuri dan logam berat masuk ke dalam rantai makanan, dan menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan, bahkan selama beberapa generasi!
2. Proses pelindian timbunan menghasilkan banyak limbah
Pencucian tumpukan adalah proses yang banyak digunakan oleh tambang emas. Caranya adalah dengan meneteskan larutan sianida melalui tumpukan besar bijih, mengutip Earthworks. Kemudian ditempatkan di kolam dan proses elektrokimia dijalankan untuk mengekstraksi emas. Memang cara ini hemat biaya, namun konsekuensinya 99,99 persen menjadi pemborosan.
Yang belum banyak diketahui orang, ternyata kawasan penambangan emas ini dipenuhi tumpukan racun tersebut. Bahkan, ada pula yang tingginya mencapai 100 meter! Sayangnya, untuk memangkas biaya, perusahaan tambang emas kerap sengaja meninggalkan tumpukan tersebut.
3. Mengancam kawasan konservasi
Industri pertambangan, termasuk pertambangan emas, mengancam kawasan alam, termasuk kawasan lindung dan kawasan konservasi. Faktanya, hampir tiga perempat dari tambang yang aktif saat ini tumpang tindih dengan kawasan konservasi!
Aktivitas pertambangan merupakan ancaman besar terhadap keanekaragaman hayati. Tak perlu jauh-jauh, contohnya ada di dekat kita yaitu di Tambang Grasberg, Mimika, Papua.
Sebagai informasi, Taman Nasional (TN) Lorentz yang merupakan kawasan lindung terluas di Asia Tenggara terletak di Provinsi Papua Barat. Mencakup area seluas hampir 2,5 juta hektar, Taman Nasional Lorentz dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1999.